"Kami sebelumnya mendapat pesanan dari Singapura dan Australia sekitar 300 sampai 400 buah per bulan, sementara pasar lokal juga meningkat, keduanya
Untuk souvenir dan serasi karya seni kuda, "jelasnya. Kelima anaknya sudah menikah," katanya. Yang direbus
buku kuda, Parno (65), di Solo, mengatakan bahwa hasil kreatif dari bahan limbah kardus yang dibuat menjadi memorabilia kepompong kuda adalah
lebih diminati dari wisatawan manca negara asal Singapura dan Australia. Dia menjelaskan, cara pembuatan limbah kardus pun terbentuk
Sama seperti kuda sesuai dengan seberapa besar pembeli dilapisi dan dikosongkan dengan daun kain gebang dan beludru. Manik telah
diberikan untuk hiasan seperti kuda baik mata maupun mulut. Dia menjelaskan, gagasan membuat produk limbah masuk
Produk yang tampil saat ia masih muda hanya untuk menciptakan dua kepang kuda. Saat itu, setiap kuda dikepang terjual Rp2 in
1969. Padahal, kepang kuda atau satu meter bisa terjual hingga Rp300 juta per ounce. Menurutnya, kebanyakan pembeli kedinginan
dekorasi di hotel dan rumah di luar negeri. Namun, hasil produknya juga banyak digunakan untuk seni lumping horse
menari di beberapa daerah di Indonesia. "Kuda kepang lalu diberi hiasan rambut yang terbuat dari bahan serat nanas yang terlihat
cantik dan cantik, "katanya. Menurutnya, ia juga membantu anaknya mampu menghasilkan memorabilia kepang kuda.
untuk memenuhi persyaratan pembelian. SOLO - Warga Baluwarti RT 04 RW 01 Pasar Kliwon Kota Solo, Jawa Tengah,
mainan berkepang kuda, mungkin girang, karena konsekuensinya yang kreatif memang diminati wisatawan. "Saya membuat kepang dari
berbagai ukuran tergantung pesanan, dengan panjang 30 sentimeter sampai satu meter, dan juga variasi dari Rp5.000 sampai Rp100
seribu per buah, "katanya, seperti dikutip Antara, Rabu (25/2/2015). Menurutnya, ia juga meninggalkan suvenir kepanggitan kepang.
mampu menghasilkan keuntungan sekitar 75 persen dari harga manufaktur. Parno yang memiliki nama Parno Raharjo, mengejarnya
bisnis pasar karena ia masih muda pada tahun 1969. Kuda dikepang kerajinan masih dianggap biasa, karena yang membuat ini tidak ada dalam
kota ini. Berbicara soal kendala bisnis membuat kepang, Parno menjelaskan minimnya tenaga kerja terampil untuk membuat kerajinan.
Menurutnya, ia mengharapkan memiliki kemampuan belajar untuk mencipta. Karena itu, ada banyak pontensi yang bisa diperbaiki
kesejahteraan keluarga dan ekonomi.Baca juga: pusat plakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar